Senin, 31 Desember 2012

Cara Meningkatkan Produksi ASI

Mengapa Bunda perlu tahu cara meningkatkan produksi ASI?

Bila berat badan si kecil tidak bertambah atau berkurang dan dia memakai kurang dari 6-8 popok kain selama sehari, ada kemungkinan asupan ASI-nya tidak mencukupi. Salah satu penyebab kurangnya asupan ASI yang diterima si kecil adalah kurangnya produksi ASI Bunda.

Simak beberapa cara yang bisa Bunda lakukan untuk meningkatkan produksi ASI:

1. Tingkatkan frekuensi menyusui menjadi sedikitnya dua jam sekali di siang hari dan minimal empat jam sekali pada malam hari. Bila berat badan bayi sulit naik, tingkatkan frekuensinya menjadi setiap 1.5 jam sekali pada siang hari dan tiga jam sekali di malam hari. Semakin sering Bunda menyusui, semakin banyak pula produksi ASI di tubuh Bunda.

2. Jangan menunggu sampai payudara Bunda terasa penuh sebelum memberikan ASI kepada si kecil. Bunda masih tetap memiliki cadangan ASI bahkan ketika payudara terasa ‘kosong’. Selain itu, kadar lemak dalam ASI akan semakin tinggi bila jarak antara waktu menyusui lebih pendek, sehingga akan membantu bertambahnya berat badan si kecil.

3. Memperpanjang durasi waktu Bunda menyusui si kecil juga dapat membantu meningkatkan produksi ASI.

4. Pastikan posisi menyusui sudah nyaman dan efisien agar si kecil bisa mendapatkan ASI dengan maksimal. ASI yang tidak tersalurkan dengan baik akan berakibat pada berkurangnya produksi ASI.

5. Habiskan waktu bersama si kecil selama 2-3 hari di mana Bunda tidak melakukan apapun kecuali menyusui dan beristirahat.

6. Susui si kecil dengan kedua payudara Bunda secara bergantian

7. Saat menyusui, lepaskan pakaian si kecil hingga dia hanya menggunakan popok. Kontak kulit antara Bunda dan si kecil membantu menstimulasi bayi yang sering mengantuk dan malas menyusui, sehingga dia akan menyusui lebih lama dan lebih banyak. Agar si kecil tidak kedinginan, jangan lupa untuk memakai selimut dan susui si kecil di ruangan yang tidak berangin.

8. Hindari penggunaan dot dan botol. Bila Bunda tidak bisa menyusui secara langsung, berikan ASI dengan sendok atau pipet.

9. Bila si kecil berumur di bawah 6 bulan, hanya berikan dia ASI saja tanpa makanan tambahan. Bila si kecil sudah berumur lebih dari 6 bulan, pertimbangkan untuk mengurangi porsi MPASI yang Bunda berikan. Bila Bunda memberikan susu formula tambahan kepada si kecil, kurangi porsinya secara perlahan-lahan.

10. Jaga kesehatan dan kondisi tubuh Bunda. Beristirahatlah yang cukup, minum banyak cairan ketika Bunda membutuhkannya, serta jaga pola makan yang sehat dan seimbang. Makanan yang kaya protein dan kalsium berpengaruh positif pada produksi ASI Bunda.

11. Pompa ASI Bunda di antara waktu menyusui. Ini juga dapat membantu meningkatkan produksi ASI.

12. Hindari stres. Bila Bunda terlalu lelah atau merasa jenuh, minta bantuan keluarga atau orang lain untuk membantu Bunda menyelesaikan pekerjaan rumah agar Bunda memiliki waktu untuk beristirahat, bersantai, dan melakukan hobi yang Bunda sukai. Hal sesederhana berendam di air hangat selama 15 menit pun bisa membantu Bunda merasa lebih segar. Stress adalah salah satu penyebab produksi ASI Bunda menjadi berkurang.

13. Bila Bunda merasa semua hal di atas masih belum berhasil meningkatkan produksi ASI, pertimbangkan untuk mendatangi konsultan laktasi untuk mengetahui secara pasti apakah produksi ASI Bunda masih kurang, apa penyebabnya, dan apa solusi terbaiknya.

Semoga tips cara meningkatkan produksi ASI di atas bermanfaat.

Sebenarnya sangat jarang seorang Bunda tidak bisa memberikan ASI yang cukup untuk bayinya. Tubuh Bunda sudah mampu memberikan nutrisi yang cukup untuk si kecil selama masa kehamilan, sehingga seharusnya saat menyusui pun Bunda akan berhasil memberikan yang terbaik untuk si kecil.

Minggu, 02 Desember 2012

Obesitas pada Kehamilan; Hati-hati Diabetes!

Apakah saat ini Anda sedang hamil dan berat badan Anda meningkat dengan drastis? Hati-hati, karena mungkin saja Anda terkena penyakit diabetes pada kehamilan atau gestational diabetes.

Peningkatan berat badan yang drastis terutama pada trimester pertama kehamilan akan meningkatkan pula resiko terjadinya diabetes pada kehamilan antara 50 sampai 60%. Memang normal bila seorang ibu hamil mengalami penambahan berat badan seiring dengan bertambahnya umur kehamilan. Masalah timbul jika penambahan berat badan terjadi secara berlebihan dari minggu ke minggu.

Memang ada yang mengatakan bahwa perempuan yang menderita diabetes pada kehamilan akan kembali sehat setelah melahirkan. Namun studi terbaru di Amerika menyebutkan bahwa perempuan ini juga rentan terkena diabetes tipe 2 akibat perubahan pola resistensi hormon insulin yang ada dalam tubuhnya. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita diabetes pada kehamilan akan beresiko menjadi gemuk dan menderita diabetes pada usia muda.

Bagaimana cara mencegah terjadinya penyakit diabetes pada kehamilan? Mencegah terjadinya diabetes pada kehamilan sebenarnya suatu upaya agar pertambahan berat badan saat hamil berlangsung secara normal. Berikut beberapa tips agar pertambahan berat badan pada ibu hamil tidak mengarah ke penyakit diabetes pada kehamilan :
  • Makanlah makanan yang sehat secara teratur dan porsi cukup selama kehamilan.
  • Jangan lupa mengkonsumsi makanan ringan atau kudapan diantara waktu makan.
  • Kurangi atau hindari mengkonsumsi makanan yang manis manis atau mengandung pemanis. 
  • Kurangi konsumsi makanan berlemak. Berolahragalah sekurang kurangnya 30 menit secara teratur tiap hari. 
  • Sebelum memutuskan berolah raga, konsultasikanlah ke dokter kandungan Anda, kira kira olahraga apa yang cocok untuk kehamilan Anda. 
(Sumber: www.blogdokter.net)

Senin, 02 Juli 2012

Menu Sahur Sehat nan Praktis: Cuma 1 Menit!

“Mbak Elka, ini hari pertama saya mencoba puasa dengan menu sahur sehat nutrisi. Saya senang sekali karena hasilnya luaarrr biasa! Jika puasa sahur dengan menu biasa (nasi komplit), jam sembilan pagi perut saya sudah keroncongan. Jam satu siang perut saya sudah melilit-llilit tanda maag kambuh. Tapi tadi, saya merasa bugar sampai sore dan hingga tibanya waktu berbuka. Alhamdulillah ASI saya pun tetap lancar.” (Putri, Yogyakarta)

Putri adalah salah satu customer saya yang tinggal di kota gudeg Yogya. Dia seorang ibu menyusui yang memiliki problem kesehatan berupa maag akut dan daya tahan tubuh rendah (gampang sakit). Saat berita baik lewat sms di atas dilayangkannya kepada saya, Putri telah berhasil menjalankan diet dengan nutrisi, dan telah turun berat badan sebanyak 9 kg. Bonusnya, sekarang Putri nggak gampang sakit lagi, daya tahan tubuhnya jadi meningkat, dan nyeri lambung karena maag juga tidak pernah dirasakan lagi.

Karena Ramadhan tinggal menghitung hari, sharing saya kali ini terkait dengan menu sahur sehat. Coba ingat-ingat, bagaimana pola makan Anda Ramadhan tahun lalu? Kebanyakan orang—bertentangan dengan makna puasa—justru cenderung makan berlebihan di bulan puasa. Ini disebabkan hidangan di bulan Ramadhan biasanya malah dibuat lengkap dan istimewa. Padahal, hidangan yang lezat saja tanpa memenuhi pola makan yang sehat dan prinsip gizi seimbang bisa membuat ibadah puasa kita jadi berantakan. Selain membuat mata mudah mengantuk dan tubuh lemas, menu sahur dan buka puasa yang kurang sehat juga bisa membuat kadar kolesterol melonjak.

Berikut adalah tips menu sahur sehat yang saya sarikan dari berbagai sumber:

SAAT SAHUR: 
  1. Utamakan asupan air, vitamin, dan elektrolit. Perbanyak minum air putih, buah-buahan, dan jus buah tanpa gula. Boleh juga minum air kelapa. Caranya minum air kelapa dulu (karena sifat elektrolit di air kelapa , maka kita akan masih merasa haus, sehingga bisa dilanjutkan dengan minum air putih). Ketika tidur, tubuh kita kehilangan berat sekitar 1-2 kg, dan itu adalah air. Jadi, memulai puasa dengan restorasi cairan adalah langkah yang tepat. 
  2. Untuk menu utama, pilihlah jenis makanan yang terdiri dari karbohidrat kompleks seperti nasi merah, ubi, spageti, atau bubur kacang hijau dengan gula aren. Karbohidrat tipe ini lebih "tahan lama" dalam membuat gula darah stabil, menimbulkan rasa kenyang yang lebih lama, sehingga mood kita selama seharian relatif lebih baik. 
  3. Jangan lupakan serat, baik dari sayur atau buah. Selain membersihkan usus, serat adalah "sapu alami" yang membantu membersihkan sisa daging di sela-sela usus. 
  4. Pilih lemak sehat atau minyak yang tidak digoreng, seperti minyak zaitun atau minyak kelapa. Misalnya dalam bentuk sambal. Lemak membuat pergerakan makanan di perut menjadi lambat, sehingga lebih tahan lapar. Namun jika asupannya berupa minyak gorengan, baik dari makanan siap saji yang dibeli semalam sebelumnya, atau dengan cara menggoreng langsung, maka itu sama dengan memasukkan radikal bebas ke dalam tubuh kita. Akibatnya manfaat puasa secara fisiologis berkurang. 

SAAT BERBUKA PUASA: 
  1. Jangan terkecoh dengan iklan “berbukalah dengan yang manis”. Pilih minuman yang manis alami tanpa gula. Misal air kelapa, jus buah melon atau semangka. Hindari gula pasir karena akan membuat ngantuk saat tarawih dan memberi dampak kesehatan yang kurang baik. 
  2. Karbohidrat kompleks akan lebih baik plus makanan yang tidak digoreng. Nasi putih dan gorengan akan membuat ngantuk saat tarawih. Gorengan mengikat oksigen darah sampai 20%. 
  3. Pasca buka puasa, konsumsi lagi air putih. Usahakan mulai buka puasa sampai tidur minimal masuk air 1 liter. 
Nah, demikian sedikit tips tentang menu sahur sehat. Namun jika kita bukan ahli gizi, menyiapkan menu yang komplit bukan perkara mudah. Kalau pun bisa, butuh waktu untuk menyiapkannya. Padahal, sepertiga malam terakhir di bulan Ramadhan adalah saat yang sangat berharga. Hayoo, siapa yang ibadah tilawah atau sholat malamnya sering di-cut gara-gara mesti buru-buru ke dapur untuk menyiapkan makan sahur? :-D 


Nutrisi yang digunakan Putri untuk menurunkan berat badan ternyata bisa membantunya menjalankan ibadah puasa dengan mulus dan lancar. Penerapannya terutama pada saat sahur. Menu sahur yang praktis namun komplit nutrisinya! Dan … tentu saja sahur lebih menyehatkan ketimbang menu sahur biasa (nasi plus lauk-pauknya). 


Bagaimana sih sebenarnya KONSEP SAHUR SEHAT itu? Pada dasarnya sama dengan KONSEP SARAPAN SEHAT. Jika Anda belum tahu soal hal ini, silahkan KLIK DI SINI


Sudah baca? :-)


Baiklah. Lantas apa yang digunakan Putri sebagai menu sahur sehat? Ini dia tiga produk UNGGULAN-nya: 


1. SHAKE 
Yaitu minuman lezat pengganti nasi plus lauk-pauk, yang memiliki keunggulan sebagai berikut: 
  • 114 jenis nutrisi penting yang dibutuhkan tubuh setiap hari, mencakup nasi, sayur, lauk, serat, gandum.
  • Rendah kalori, lemak, gula dan garam sodium.
  • Mengenyangkan dan membuat tubuh tetap berenergi tanpa konsumsi nasi (karbo). 
  • Kandungan asam lemak esensial yang sangat baik untuk kesehatan jantung, pembuluh darah, imunitas tubuh dan pemulihan setelah sakit. 
  • Sangat baik untuk penderita kanker payudara, keropos tulang, menurunkan kadar kolesterol dan menyeimbangkan hormon dalam tubuh juga. 
  • Di samping untuk menjaga kesehatan, dengan aturan pakai tertentu dapat digunakan untuk menurunkan atau menaikkan berat badan. (Silahkan Call/SMS saya di 081-999-548-688 untuk konsultasi lebih lanjut).
  • Rasanya sangat sedap! Tinggal pilih mau yang strawberry, vanila, atau coklat.
  • Untuk menyiapkannya gak pake lama. Cukup 1 menit!! :-)
    2. NRG TEA 
    Yaitu minuman penyegar pengganti kopi dengan keunggulan sebagai berikut: 
    • Memperbaiki stamina dan energi serta merilekskan syaraf.
    • Memperbaiki masalah alergi, migren, vertigo, asma.
    • Meningkatkan daya pikir dan konsentrasi.
    • Cocok bagi Anda yang sering merasa lemah, letih, lesu saat beraktivitas sehari-hari.

    3. HERBAL ALOE 
    Minuman segar yang terbuat dari aloe vera (saripati lidah buaya) dengan khasiat sebagai berikut:
    • Membuang racun seluruh tubuh secara lebih cepat (sehingga disebut "shampo bagian dalam tubuh").
    • Menyegarkan vili-vili usus sehingga menyerap nutrisi lebih cepat. 
    • Memperbaiki masalah maag, radang usus, sembelit, diare, dan masalah pencernaan lainnya. 
    • Baik dikonsumsi oleh penderita jantung, diabetes, dan hipertensi.
    • Memperbaiki siklus haid. 
    • Menghaluskan kulit dan mengatasi masalah jerawat.

    Nah, itulah 3 produk unggulan yang bisa digunakan sebagai menu sahur sehat Anda.

    Butuh pencerahan? Silahkan hubungi saya di 081-999-548-688.

    Atau langsung ORDER SEKARANG dengan KLIK DI SINI.



    REKOMENDASI:
    PAKET DIET IBU MENYUSUIPAKET DIET BERGARANSITIPS DIET GRATIS


    Minggu, 24 Juni 2012

    Khasiat Air Kelapa Bagi Kesehatan

    Kenapa tiba-tiba saya ingin mengulas khasiat air kelapa bagi kesehatan? Apa hubungannya air kelapa dengan diet, topik utama blog ini? :-)

    Ceritanya begini. Tempo hari saya membeli air kelapa di pasar sebagai salah satu bahan membuat kue. Ternyata, air kelapa yang saya beli kebanyakan, sehingga tersisa banyak sekali. Saya lantas berpikir keras memutar otak (lebay, hehehe) bagaimana memanfaatkan air kelapa ini supaya tidak mubazir.

    Dan, jreng! Ide cemerlang pun datang! Kenapa tidak menjadikannya sebagai campuran untuk membuat Shake? Biasanya, kalau bikin Shake untuk sarapan, saya mencampurnya dengan sari kedelai atau saya blender dengan pisang. Ini membuat Shake jadi lebih mengenyangkan dan lebih bergizi. Namun kadang-kadang saya menginginkan variasi yang lain, supaya tidak bosan. 

    Jadi deh, pagi itu dengan penuh semangat saya bikin Shake dengan air kelapa. 250 ml air kelapa dingin saya kocok bersama 2 sendok makan bubuk Strawberry Shake. Dan setelah saya cicipi, wow, luarr biasa, ternyata rasanya nikmat dan segar sekali! Shake terasa lebih gurih dan tentu saja lebih manis secara alami. 

    Setelah itu dengan penasaran saya browsing di Internet tentang khasiat air kelapa bagi kesehatan. Wah, ternyata air kelapa juga bisa untuk diet lho! :-) Karena minuman ini ternyata rendah kalori dan mengandung zat-zat yang dapat membuat tubuh berstamina.

    Berikut 10 khasiat air kelapa bagi kesehatan yang saya kutip dari okezone.com:

    1. Air kelapa merupakan minuman elektrolit yang mengandung natrium, kalium, kalsium, dan magnesium.

    2. Air kelapa bergizi dan sehat bagi tubuh karena rendah lemak dan kalori, sehingga mencegah Anda dari kelebihan berat badan.

    3. Segelas air kelapa dalam proses pencernaan akan mengatasi peradangan dan keasaman. Hal ini dikarenakan air kelapa memiliki asam laurat yang menyembuhkan gangguan saluran pencernaan.

    4. Air kelapa tidak hanya menyegarkan, tapi juga memberikan efek pendinginan untuk tubuh Anda dan saluran pencernaan. Sistem kerja pada lambung dapat menyebabkan peradangan dan ini dapat disembuhkan dengan air kelapa. Ini juga mengontrol suhu tubuh.

    5. Air kelapa juga dikenal sebagai minuman isotonik karena merehidrasi tubuh. Jadi, teguklah dua hingga tiga gelas air kelapa saat tubuh Anda dehidrasi.

    6. Salah satu manfaat kesehatan terbaik dari air kelapa adalah rendah gula sehingga membuatnya menjadi minuman bergizi bagi pasien jantung dan diabetes. Hal ini juga membantu dalam penurunan berat badan. Banyak pelaku diet lebih suka minum lima-enam gelas air kelapa untuk menurunkan berat badan.

    7. Air kelapa adalah minuman energi dengan enzim bioaktif yang meningkatkan metabolisme Anda dan meredakan rasa lelah. Manfaat air kelapa pada sistem pencernaan antara lain membersihkan racun dari tubuh.

    8. Air kelapa adalah obat alami untuk menyembuhkan infeksi urin. Hal ini tentu berlaku pada kesehatan ginjal dan batu uretra.

    9. Air kelapa juga menanggulangi masalah kerontokan pada rambut karena air kelapa meningkatkan sirkulasi darah dalam tubuh.

    10. Air kelapa pun dapat membersihkan kulit yang berjerawat dan membantu menjadikan kulit lebih mulus. 

    Nah, demikian beberapa khasiat air kelapa bagi kesehatan. Adakah yang mau menambahkan? Silahkan komen di bawah :-)

    ***

    Rabu, 23 Mei 2012

    Alasan Dokter Negara Maju "Pelit" Memberi Obat ke Anak

    Artikel copas berikut bagus banget. Buat Anda yang peduli pada kesehatan anak Anda, yuk dibaca! ;-)

    DI MANA SALAHNYA?

    Malik tergolek lemas. Matanya sayu. Bibirnya pecah-pecah. Wajahnya kian tirus. Di mataku ia berubah seperti anak dua tahun kurang gizi. Biasanya aku selalu mendengar celoteh dan tawanya di pagi hari. Kini tersenyum pun ia tak mau. Sesekali ia muntah. Dan setiap melihatnya muntah, hatiku …tergores-gores rasanya. Lambungnya diperas habis-habisan seumpama ampas kelapa yang tak lagi bisa mengeluarkan santan. Pedih sekali melihatnya terkaing-kaing seperti itu.



    Waktu itu, belum sebulan aku tinggal di Belanda, dan putraku Malik terkena demam tinggi. Setelah tiga hari tak juga ada perbaikan aku membawanya ke huisart (dokter keluarga) kami, dokter Knol namanya.

    “Just wait and see. Don’t forget to drink a lot. Mostly this is a viral infection,” kata dokter tua itu.

    “Ha? Just wait and see? Apa dia nggak liat anakku dying begitu?” batinku meradang. Ya…ya…aku tahu sih masih sulit untuk menentukan diagnosa pada kasus demam tiga hari tanpa ada gejala lain. Tapi masak sih nggak diapa-apain. Dikasih obat juga enggak! Huh! Dokter Belanda memang keterlaluan! Aku betul-betul menahan kesal.

    “Obat penurun panas Dok?” tanyaku lagi.

    “Actually that is not necessary if the fever below 40 C.”

    Waks! Nggak perlu dikasih obat panas? Kalau anakku kenapa-kenapa memangnya dia mau nanggung? Kesalku kian membuncah. Tapi aku tak ingin ngeyel soal obat penurun panas. Sebetulnya di rumah aku sudah memberi Malik obat penurun panas, tapi aku ingin dokter itu memberi obat jenis lain. Sudah lama kudengar bahwa dokter di sini pelit obat. Karena itu aku membawa setumpuk obat-obatan dari Indonesia, termasuk obat penurun panas.

    Dua hari kemudian, demam Malik tak kunjung turun dan frekuensi muntahnya juga bertambah. Aku segera kembali ke dokter. Tapi si dokter tetap menyuruhku wait and see. Pemeriksaan laboratorium baru akan dilakukan bila panas anakku menetap hingga hari ke tujuh.

    “Anakku ini suka muntah-muntah juga, Dok,” kataku.

    Lalu si dokter menekan-nekan perut anakku. “Apakah dia sudah minum suatu obat?”

    Aku mengangguk. “Ibuprofen syrup Dok,” jawabku.

    Eh tak tahunya mendengar jawabanku, si dokter malah ngomel-ngomel,”Kenapa kamu kasih sirup Ibuprofen? Pantas saja dia muntah-muntah. Ibuprofen itu sebaiknya tidak diberikan untuk anak-anak, karena efeknya bisa mengiritasi lambung. Untuk anak-anak lebih baik beri paracetamol saja.”

    Huuh! Walaupun dokter itu mengomel sambil tersenyum ramah, tapi aku betul-betul jengkel dibuatnya. Jelek-jelek begini gue lulusan fakultas kedokteran tau! Nah kalau buat anak nggak baik kenapa di Indonesia obat itu bertebaran! Batinku meradang. Untungnya aku masih bisa menahan diri. Tapi setibanya di rumah, suamiku langsung menjadi korban kekesalanku.

    ”Lha wong di Indonesia, dosenku aja ngasih obat penurun panas nggak pake diukur suhunya je. Mau 37 keq, 38 apa 39 derajat keq, tiap ke dokter dan bilang anakku sakit panas, penurun panas ya pasti dikasih. Sirup ibuprofen juga dikasih koq ke anak yang panas, bukan cuma parasetamol. Masa dia bilang ibuprofen nggak baik buat anak!” Seperti rentetan peluru, kicauanku bertubi-tubi keluar dari mulutku. “Mana Malik nggak dikasih apa-apa pulak, cuma suruh minum parasetamol doang, itu pun kalau suhunya diatas 40 derajat C! Duuh memang keterlaluan Yah dokter Belanda itu!”

    Suamiku menimpali, “Lho, kalau Mama punya alasan, kenapa tadi nggak bilang ke dokternya?” Aku menarik napas panjang. “Hmm…tadi aku sudah kadung bete sama si dokter, rasanya ingin buru-buru pulang saja. Tapi…alasannya apa ya?” Mendadak aku kebingungan.

    Aku akui, sewaktu praktek menjadi dokter dulu, aku lebih banyak mencontek apa yang dilakukan senior. Tiga bulan menjadi co-asisten di bagian anak memang membuatku kelimpungan dan belajar banyak hal, tapi hanya secuil-secuil ilmu yang kudapat. Persis seperti orang yang katanya travelling keliling Eropa dalam dua minggu. Menclok sebentar di Paris, lalu dua hari pergi ke Roma. Dua hari di Amsterdam, kemudian tiga hari mengunjungi Vienna. Puas beberapa hari berdiam di Berlin dan Swiss, kemudian waktu habis. Tibalah saatnya pulang lagi ke Indonesia. Tampaknya orang itu sudah keliling Eropa, padahal ia hanya mengunjungi ibukota utama saja. Masih banyak sekali negara dan kota-kota di Eropa yang belum disambanginya. Dan itu lah yang terjadi pada kami, pemuda-pemudi fresh graduate from the oven Fakultas Kedokteran. Malah kadang-kadang apa yang sudah kami pelajari dulu, kasusnya tak pernah kami jumpai dalam praktek sehari-hari. Berharap bisa memberikan resep cespleng seperti dokter-dokter senior, akhirnya kami pun sering mengintip resep ajian senior! 

    Setelah Malik sembuh, beberapa minggu kemudian, Lala, putri pertamaku ikut-ikutan sakit. Suara srat-srut-srat-srut dari hidungnya bersahut-sahutan. Sesekali wajahnya memerah gelap dan bola matanya seperti mau copot saat batuknya menggila. Kadang hingga bermenit-menit batuknya tak berhenti. Sesak rasanya dadaku setiap kali mendengarnya batuk. Suara uhuk-uhuk itu baru reda jika ia memuntahkan semua isi perut dan kerongkongannya. Duuh Gustiiii…kenapa tidak Kau pindahkan saja rasa sakitnya padaku Nyerii rasanya hatiku melihat rautnya yang seperti itu. Kuberikan obat batuk yang kubawa dari Indonesia pada putriku. Tapi batuknya tak kunjung hilang dan ingusnya masih meler saja. Lima hari kemudian, Lala pun segera kubawa ke huisart. Dan lagi-lagi dokter itu mengecewakan aku.

    “Just drink a lot,” katanya ringan.

    Aduuuh Dook! Tapi anakku tuh matanya sampai kayak mata sapi melotot kalau batuk, batinku kesal. “Apa nggak perlu dikasih antibiotik Dok?” tanyaku tak puas.

    “This is mostly a viral infection, no need for an antibiotik,” jawabnya lagi.

    Ggrh…gregetan deh rasanya. Lalu ngapain dong aku ke dokter, kalo tiap ke dokter pulang nggak pernah dikasih obat. Paling enggak kasih vitamin keq! omelku dalam hati. “Lalu Dok, buat batuknya gimana Dok? Batuknya tuh betul-betul terus-terusan,” kataku ngeyel.

    Dengan santai si dokter pun menjawab,”Ya udah beli aja obat batuk Thyme syrop. Di toko obat juga banyak koq.”

    Hmm…lumayan lah… kali ini aku pulang dari dokter bisa membawa obat, walau itu pun harus dengan perjuangan ngeyel setengah mati dan walau ternyata isi obat Thyme itu hanya berisi ekstrak daun thyme dan madu. “Kenapa sih negara ini, katanya negara maju, tapi koq dokternya kayak begini.” Aku masih saja sering mengomel soal huisart kami kepada suamiku.

    Saat itu aku memang belum memiliki waktu untuk berintim-intim dengan internet. Jadi yang ada di kepalaku, cara berobat yang betul adalah seperti di Indonesia. Di Indonesia, anak-anakku punya langganan beberapa dokter spesialis anak. Dokter-dokter ini pernah menjadi dosenku ketika aku kuliah. Maklum, walaupun aku lulusan fakultas kedokteran, tapi aku malah tidak pede mengobati anak-anakku sendiri. Dan walaupun anak-anakku hanya menderita penyakit sehari-hari yang umum terjadi pada anak seperti demam, batuk pilek, mencret, aku tetap membawa mereka ke dokter anak. Meski baru sehari, dua atau tiga hari mereka sakit, buru-buru mereka kubawa ke dokter. Tak pernah aku pulang tanpa obat. Dan tentu saja obat dewa itu, sang antibiotik, selalu ada dalam kantong plastik obatku.

    Tak lama berselang putriku memang sembuh. Tapi sebulan kemudian ia sakit lagi. Batuk pilek putriku kali ini termasuk ringan, tapi hampir dua bulan sekali ia sakit. Dua bulan sekali memang lebih mendingan karena di Indonesia dulu, hampir tiap dua minggu ia sakit. Karena khawatir ada yang tak beres, lagi-lagi aku membawanya ke huisart.

    “Dok anak ini koq sakit batuk pilek melulu ya, kenapa ya Dok.?

    Setelah mendengarkan dada putriku dengan stetoskop, melihat tonsilnya, dan lubang hidungnya, huisart-ku menjawab,”Nothing to worry. Just a viral infection.” 

    Aduuuh Doook… apa nggak ada kata-kata lain selain viral infection seh! Lagi-lagi aku sebal. “Tapi Dok, dia sering banget sakit, hampir tiap sebulan atau dua bulan Dok,” aku ngeyel seperti biasa.

    Dokter tua yang sebetulnya baik dan ramah itu tersenyum. “Do you know how many times normally children get sick every year?” 

    Aku terdiam. Tak tahu harus menjawab apa. “enam kali,” jawabku asal.

    “Twelve time in a year, researcher said,” katanya sambil tersenyum lebar. “Sebetulnya kamu tak perlu ke dokter kalau penyakit anakmu tak terlalu berat,” sambungnya.

    Glek! Aku cuma bisa menelan ludah. Dijawab dengan data-data ilmiah seperti itu, kali ini aku pulang ke rumah dengan perasaan malu. Hmm…apa aku yang salah? Dimana salahnya? Ah sudahlah…barangkali si dokter benar, barangkali memang aku yang selama ini kurang belajar. Setelah aku bisa beradaptasi dengan kehidupan di negara Belanda, aku mulai berinteraksi dengan internet.

    Suatu saat aku menemukan artikel milik Prof. Iwan Darmansjah, seorang ahli obat-obatan dari Fakultas Kedokteran UI. Bunyinya begini: “Batuk – pilek beserta demam yang terjadi sekali-kali dalam 6 – 12 bulan sebenarnya masih dinilai wajar. Tetapi observasi menunjukkan bahwa kunjungan ke dokter bisa terjadi setiap 2 – 3 minggu selama bertahun-tahun.” Wah persis seperti yang dikatakan huisartku, batinku. Dan betul anak-anakku memang sering sekali sakit sewaktu di Indonesia dulu.

    “Bila ini yang terjadi, maka ada dua kemungkinan kesalahkaprahan dalam penanganannya,” lanjut artikel itu. “Pertama, pengobatan yang diberikan selalu mengandung antibiotik. Padahal 95% serangan batuk pilek dengan atau tanpa demam disebabkan oleh virus, dan antibiotik tidak dapat membunuh virus. Di lain pihak, antibiotik malah membunuh kuman baik dalam tubuh, yang berfungsi menjaga keseimbangan dan menghindarkan kuman jahat menyerang tubuh. Ia juga mengurangi imunitas si anak, sehingga daya tahannya menurun. Akibatnya anak jatuh sakit setiap 2 – 3 minggu dan perlu berobat lagi. Lingkaran setan ini: sakit –antibiotik-imunitas menurun -sakit lagi, akan membuat si anak diganggu panas-batuk-pilek sepanjang tahun, selama bertahun-tahun.” 

    Hwaaaa! Rupanya ini lah yang selama ini terjadi pada anakku. Duuh…duuh..kemana saja aku selama ini sehingga tak menyadari kesalahan yang kubuat sendiri pada anak-anakku. Eh..sebetulnya..bukan salahku dong. Aku kan sudah membawa mereka ke dokter spesialis anak. Sekali lagi, mereka itu dosenku lho! Masa sih aku tak percaya kepada mereka.

    Dan rupanya, setelah di Belanda ‘dipaksa’ tak lagi pernah mendapat antibiotik untuk penyakit khas anak-anak sehari-hari, sekarang kondisi anak-anakku jauh lebih baik. Disini, mereka jadi jarang sakit, hanya di awal-awal kedatangan saja mereka sakit.

    Kemudian, aku membaca lagi artikel-artikel lain milik prof Iwan Darmansjah. Dan di suatu titik, aku tercenung mengingat kata-kata ‘pengobatan rasional’. Lho…bukankah dulu aku juga pernah mendapatkan kuliah tentang apa itu pengobatan rasional. Hey! Lalu kemana perginya ingatan itu? Jadi, apa yang selama ini kulakukan, tidak meneliti baik-baik obat yang kuberikan pada anak-anakku, sedikit-sedikit memberi obat penurun panas, sedikit-sedikit memberi antibiotik, baru sehari atau dua hari anak mengalami sakit ringan seperti, batuk, pilek, demam, mencret, aku sudah panik dan segera membawa anak ke dokter, serta sedikit-sedikit memberi vitamin. Rupanya adalah tindakan yang sama sekali tidak rasional! Hmm… kalau begitu, sistem kesehatan di Belanda adalah sebuah contoh sistem yang menerapkan betul apa itu pengobatan rasional. 

    Belakangan aku pun baru mengetahui bahwa ibuprofen memang lebih efektif menurunkan demam pada anak, sehingga di banyak negara termasuk Amerika Serikat, ibuprofen dipakai secara luas untuk anakanak. Tetapi karena resiko efek sampingnya lebih besar, Belgia dan Belanda menetapkan kebijakan lain. Walaupun obat ibuprofen juga tersedia di apotek dan boleh digunakan untuk usia anak diatas 6 bulan, namun di kedua negara ini, parasetamol tetap dinyatakan sebagai obat pilihan pertama pada anak yang mengalami demam.

    “Duh, untung ya Yah aku nggak bilang ke huisart kita kalo aku ini di Indonesia adalah seorang dokter. Kalo iya malu-maluin banget nggak sih, ketauan begonya hehe,” kataku pada suamiku.

    Jadi, bagaimana dengan para orangtua di Indonesia? Aku tak ingin berbicara terlalu jauh soal mereka-mereka yang tinggal di desa atau orang-orang yang terpinggirkan, ceritanya bisa lain. Karena kekurangan dan ketidakmampuan, untuk kasus penyakit anak sehari-hari, orang-orang desa itu malah relatif ‘terlindungi’ dari paparan obat-obatan yang tak perlu. Sementara kita yang tinggal di kota besar, yang cukup berduit, sudah melek sekolah, internet dan pengetahuan, malah kebanyakan selalu dokter-minded dan gampang dijadikan sasaran oleh perusahaan obat dan media. Batuk pilek sedikit ke dokter, demam sedikit ke dokter, mencret sedikit ke dokter. Kalau pergi ke dokter lalu tak diberi obat, biasanya kita malah ngomel-ngomel, ‘memaksa’ agar si dokter memberikan obat. Iklan-iklan obat pun bertebaran di media, bahkan tak jarang dokter-dokter ‘menjual’ obat tertentu melalui media. Padahal mestinya dokter dilarang mengiklankan suatu produk obat.

    Dan bagaimana pula dengan teman-teman sejawatku dan dosen-dosenku yang kerap memberikan antibiotik dan obat-obatan yang tidak perlu pada pasien batuk, pilek, demam, mencret? Malah aku sendiri dulu pun melakukannya karena nyontek senior. Apakah manfaatnya lebih besar dibandingkan resikonya? Tentu saja tidak. Biaya pengobatan membengkak, anak malah gampang sakit dan terpapar obat yang tak perlu. Belum lagi bahaya besar jelas mengancam seluruh umat manusia: superbug, resitensi antibiotik! Tapi mengapa semua itu terjadi? Duuh Tuhan, aku tahu sesungguhnya Engkau tak menyukai sesuatu yang sia-sia dan tak ada manfaatnya. Namun selama ini aku telah alpa. Sebagai orangtua, bahkan aku sendiri yang mengaku lulusan fakultas kedokteran ini, telah terlena dan tak menyadari semuanya. Aku tak akan eling kalau aku tidak menyaksikan sendiri dan tidak tinggal di negeri kompeni ini. Apalagi dengan masyarakat awam, para orangtua baru yang memiliki anak-anak kecil itu. Jadi bagaimana mengurai keruwetan ini seharusnya?

    Uh! Memikirkannya aku seperti terperosok ke lubang raksasa hitam. Aku tak tahu, sungguh! Tapi yang pasti kini aku sadar…telah terjadi kesalahan paradigma pada kebanyakan kita di Indonesia dalam menghadapi anak sakit. Disini aku sering pulang dari dokter tanpa membawa obat. Aku ke dokter biasanya ‘hanya’ untuk konsultasi, memastikan diagnosa penyakit anakku dan penanganan terbaiknya, serta meyakinkan diriku bahwa anakku baik-baik saja. Tapi di Indonesia, bukankah paradigma yang masih kerap dipegang adalah ke dokter = dapat obat? Sehingga tak jarang dokter malah tidak bisa bertindak rasional karena tuntutan pasien. Aku juga sadar sistem kesehatan di Indonesia memang masih ruwet. Kebijakan obat nasional belum berpihak pada rakyat. Perusahaan obat bebas beraksi‘ tanpa ada peraturan dan hukum yang tegas dari pemerintah. Dokter pun bebas meresepkan obat apa saja tanpa ngeri mendapat sangsi. Intinya, sistem kesehatan yang ada di Indonesia saat ini membuat dokter menjadi sulit untuk bersikap rasional.

    Lalu dimana ujung pangkal salahnya? Ah rasanya percuma mencari-cari ujung pangkal salahnya. Menunjuk siapa yang salah pun tak ada gunanya. Tapi kondisi tersebut jelas tak bisa dibiarkan. Siapa yang harus memulai perubahan? Pemerintah, dokter, petugas kesehatan, perusahaan obat, tentu semua harus berubah. Namun, dalam kondisi seperti ini, mengharapkan perubahan kebijakan pemerintah dalam waktu dekat sungguh seperti pungguk merindukan bulan. Yang pasti, sebagai pasien kita pun tak bisa tinggal diam. Siapa bilang pasien tak punya kekuatan untuk merubah sistem kesehatan? Setidaknya, bila pasien ‘bergerak’, masalah kesehatan di Indonesia, utamanya kejadian pemakaian obat yang tidak rasional dan kesalahan medis tentu bisa diturunkan.

    Dikutip dari buku “Smart Patient” karya dr. Agnes Tri Harjani


    Selasa, 10 April 2012

    Bahaya Perut Buncit

    Tahukah Anda, bahaya perut buncit kini mengintai kita semua? Gaya hidup tidak sehat yang menjadi kecenderungan masyarakat modern ternyata menjadi pemicunya.

    Lebih spesifiknya, perut buncit disebabkan orang cenderung mengonsumsi lebih banyak kalori ketimbang yang dibutuhkannya. “Surplus” kalori inilah yang otomatis akan disimpan oleh tubuh kita menjadi cadangan lemak yang berbahaya jika berlebihan.

    Lemak Penyebab Perut Buncit

    Ada dua macam lemak yang menjadi biang keladi perut buncit, yaitu:
    1. Lemak subkutan (subcutaneous fat), yakni lemak yang disimpan tubuh di bawah kulit.
    2. Lemak visceral (visceral fat), yakni lemak yang disimpan tubuh di rongga perut serta mengelilingi organ-organ dalam perut.

    Di antara kedua jenis lemak yang membuat perut buncit di atas, lemak visceral atau lemak yang disimpan dalam rongga perut dianggap lebih berbahaya karena erat kaitannya dengan pelbagai risiko penyakit yang berhubungan dengan metabolisme seperti resistensi insulin, diabetes, dan penyakit kardiovaskular.

    Bahaya Perut Buncit

    Lantas apa sajakah bahaya perut buncit itu? Berikut beberapa di antaranya:

    1. Mengganggu Penampilan
    Disadari atau tidak, timbunan lemak di perut tentu saja sangat mengganggu penampilan. Lambat-laun, ini bisa merusak rasa percaya diri juga.

    2. Diabetes, Ginjal, Stroke
    Sebagaimana telah disinggung di atas, lemak yang menumpuk di rongga perut lebih berbahaya ketimbang lemak yang bercokol di sekitar bokong atau paha. Apa pasal? Sebab lemak di perut sel-selnya lebih besar. Maka, penumpukan lemak berlebihan berujung pada tumpukan protein yang berbahaya. Ini dapat mengancam kesehatan.

    Timbunan lemak pada perut dapat berakibat munculnya penyakit diabetes melitus. Pada akhirnya, hubungannya erat dengan pankreas. Fungsi pankreas menurun, yang lambat laun akan memengaruhi fungsi ginjal dan memicu stroke. Memang, ini tidak terjadi secara serta-merta. Alias merupakan dampak jangka panjang. Namun jika ada faktor lain seperti lingkungan atau gaya hidup kita tidak sehat, tentunya penyakit-penyakit itu semakin cepat pula menghampiri diri kita.

    3. Lemah Otot dan Jantung
    Banyak lemak menumpuk di tubuh kita akan melemahkan otot kita. Selain itu, perut buncit atau lingkar pinggang yang terlalu lebar juga membuat kita berisiko tinggi mengalami serangan jantung.

    4. Gangguan Pernafasan
    Bahaya perut buncit yang lain adalah pengaruhnya terhadap pernafasan. Timbunan lemak di bawah diafragma dan di dalam dada, akan menimbulkan tekanan pada paru-paru. Akibatnya, terjadi gangguan pernafasan atau sesak nafas walaupun penderita tidak sedang melakukan aktivitas berat.

    5. Masalah Ortopedik
    Problem ortopedik juga mengancam mereka yang berperut buncit. Problem tersebut termasuk nyeri punggung bagian bawah dan osteoporosis yang menyerang wilayah pinggul, lutut, serta pergelangan kaki.

    Nah, setelah mengetahui pelbagai bahaya perut buncit di atas, semoga itu menyadarkan kita untuk menerapkan pola hidup yang lebih sehat, terutama terkait makanan. Ini bukan hanya masalah langsing, tapi sehat itu penting!

    STOP PRESS!


    Jangan sampai Anda menjadi korban BAHAYA PERUT BUNCIT!
    Saya tahu cara mengecilkan perut buncit ala Pak Didin!
    Tanya saya bagaimana!
    Konsultasi GRATIS: 081-999-548-688 (Elka)

    Sabtu, 10 Maret 2012

    DIET YANG TEPAT: Perbaiki Pola Makan Anda!

    KONSULTASI: 081-999-548-688 (Elka)
    Mengapa kita perlu tahu tentang cara diet yang tepat? Jawabannya sederhana saja. Sebab jika kita melakukan diet secara asal-asalan, bisa-bisa bukan tubuh langsing yang didapat, berat badan malah naik, atau yang lebih parah lagi, terkena serangan penyakit! Kunci diet yang tepat adalah bersifat jangka panjang dan berefek menyehatkan.

    Memutuskan berdiet untuk menurunkan berat badan sebaiknya tidak buru-buru. Harus tahu dulu, benar nggak sih kita kelebihan berat badan? Jika memang benar demikian, barulah mencari tahu cara diet yang tepat. Parameter yang biasa dipakai adalah dengan mengukur indeks massa tubuh (IMT). IMT normal orang Asia berbeda dengan IMT orang Eropa.

    Orang Eropa memiliki batas overweight 25 dan batas obesitas 30. Di atas 25 disebut overweight, lebih dari 30 disebut obesitas. Sementara orang Asia, 23 sudah disebut overweight, 25 obesitas. Batas bawahnya 18,5. Jadi, IMT normal orang Asia adalah 18,5 - 23. Ini yang harus jadi patokan dulu. Kalau IMT-nya antara 18,5 - 23, ya tidak perlu buang-buang waktu mencari cara diet yang tepat untuk menurunkan berat badan. Berat badan yang kurang juga malah berisiko penyakit.

    Berapa IMT/BMI Anda?

    Parameter kedua yang dipakai adalah ukuran lingkar pinggang. Ukuran lingkar pinggang normal perempuan adalah kurang dari 80 cm, sementara pria kurang dari 90 cm. Walaupun IMT normal, tetapi kalau lingkar pinggangnya lebih dari 80, maka ia harus menurunkan berat badannya, karena risiko mendapat penyakit meningkat. IMT dan lingkar pinggang adalah parameter yang paling mudah karena semua orang bisa mengukurnya sendiri.

    Jadi, sebaiknya parameter berat badan bukan berdasar estetik, melainkan cut off point suatu penyakit. Orang Asia itu, dengan IMT 23 saja, penyakitnya sudah macam-macam. Gula darah naik, kolesterol tinggi, tensi naik. Apalagi kalau diambil 25, bisa-bisa tidak terdeteksi. Jika sudah begitu, yang bersangkutan harus buru-buru cari tahu cara diet yang tepat untuk menurunkan berat badannya!

    Hanya ada 2 cara menurunkan berat badan yang tepat dan menyehatkan. Yang pertama adalah mengatur pola makan, artinya asupan kalori yang masuk tidak berlebihan atau dibikin defisit. Yang kedua adalah dengan aktivitas fisik. Kalau aktivitas fisik meningkat, maka kebutuhan energi akan tinggi, sementara asupan kalori yang masuk sedikit, akhirnya timbul defisit kalori juga.

    KOMPOSISI LEMAK TUBUH

    Selain IMT dan lingkar pinggang, ada alat ukur lain, yakni body fat analyzer untuk mengukur komposisi lemak tubuh. Komposisi lemak tubuh normal pada perempuan berkisar 22 - 27 persen, tergantung usia. Semakin tua usia, semakin banyak persentase lemaknya. Idealnya sih, memang diukur persentase atau komposisi lemak tubuhnya, karena tujuan menurunkan BB seharusnya adalah menurunkan lemak tubuh. Tahukah Anda, banyak orang yang melakukan diet secara asal-asalan, berat badannya memang turun, tapi sebenarnya ototnya yang terbakar, bukan lemak? Begitulah akibatnya jika tidak menerapkan cara diet yang tepat.

    Ukuran lingkar pingang sebetulnya sudah cukup bisa menjadi parameter. Ukuran pinggang yang lebih dari normal menggambarkan banyaknya lemak yang tertimbun di daerah perut. Lemak perut ini cukup berbahaya, karena ia berada di dekat organ-organ internal, seperti hati dan usus, sehingga lemak yang berlebihan itu bukan alat pasif untuk menyimpan kelebihan energi, melainkan mengeluarkan hormon tertentu yang bisa memengaruhi semua itu.

    Itu sebabnya, orang yang memiliki lingkar pinggang lebih dari normal berisiko mendapat penyakit lebih banyak. Hormon yang dikeluarkan oleh sel-sel lemak dapat memengaruhi berbagai hal, antara lain orang menjadi resisten terhadap insulin. Sel-sel tubuhnya tidak bereaksi dengan insulin yang dikeluarkannya sendiri. Akibatnya, gula darah jadi tinggi, kadang-kadang turun mendadak.

    Sumber: Tabloid NOVA, dengan narasumber dr. Fiastuti Witjaksono, MS, SpGK dari Semanggi Specialist Clinic, Jakarta